LAPORAN OBSERVASI
Desa Bagan Percut Dusun 14 Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang
Disusun Oleh :
Ade Aulia Husna
Ainul Mardiah
Ainun Hamidah Hasibuan
Muhammad Fadhlan
Wahyu Rizky Parmanda
Ainun Hamidah Hasibuan
Muhammad Fadhlan
Wahyu Rizky Parmanda
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2015/2016
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
observasi yang menjadi salah satu tugas dari mata kuliah Patologi Sosial ini dengan baik dan lancar.
Merupakan suatu
tambahan pengetahuan dan wawasan bagi kami para penyusun makalah ini terutama
materi-materi baru yang dapat memberikan pemahaman-pemahaman yang lebih
bervariatif tentang masalah-masalah sosial yang berada di lingkungan pedesaan.
Kami
sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan penulis
makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca.
Medan, Juni 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Permasalahan
sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat
terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga
menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Dalam keadaan normal terdapat integrasi
serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antar unsur-unsur kebudayaan
atau masyarakat. Apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi bentrokan, maka
hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin terjadi kegoyahan
dalam kehidupan kelompok.
Salah satu pokok permasalahan
yang di dapatkan yaitu kemiskinan. Kemiskinan merupakan
permasalahan yang diakibatkan oleh kondisi nasional suatu negara dan situasi
global. Dengan adanya
globalisasi ekonomi dan ketergantungan antar negara dapat memberikan tantangan
dan kesempatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara dan juga
memberikan resiko ketidakpastian perekonomian dunia, kependudukan maupun
lingkungan hidup. Pada umumnya semua kebijakan pemerintah yang tidak berpihak
kepada peningkatan kesejahteraan rakyat. Dampak dari berbagai kebijakan
tersebut adalah masih banyaknya penduduk miskin di indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
Hal-hal yang menjadi acuan kami dalam observasi adalah masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaiman profil lokasi Desa Bagan Percut terkhusus di
dusun 14?
2. Bagaimana dan apa-apa saja permasalahan sosial di Desa
Bagan Percut terkhusus di dusun 14?
C.
Tujuan
Penulisan
Observasi lapangan ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui profil lokasi Desa Bagan Percut dan dusun 14.
2.
Mengetahui permasalahan sosial di Desa Bagan Percut terkhusus dusun 14.
D.
Metode
Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Wilayah desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Dusun 14
b.
Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan observasi lapangan ini dimulai pada hari Jumat, 6
Mei 2016 mulai pukul 08.00 - selesai laporan penelitian ini.
c.
Sumber Data Penelitian
Peniliti melakukan wawancara dan observasi langsung ke
lokasi untuk mencari dan mengumpulkan data, melakukan wawancara dengan penduduk
serta Kepala Dusun 14 dan tokoh masyarakat.
BAB II
PROFIL LOKASI OBSERVASI
Berdasarkan hasil
wawancara yang dianalisis secara langsung oleh kelompok satu, Desa Bagan Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ini merupakan desa yang
memiliki karakteristik yang unik dan khas. Berikut data-data hasil analisis
kami mengenai Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang.
B.
Sejarah Bagan
Percut
Dusun
Bagan berada di desa Percut Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Percut Sei Tuan.
Menurut sejarah nama Percut diambil dari nama panggilan untuk wanita Aceh.
Dimana wilayah ini pada masa penjajahan kolonial Belanda terjadi perlawanan
rakyat Percut untuk mengusir penjajah yang dipimpin seorang wanita bersuku Aceh
yang dipanggil “cut”. Maka nama Percut sendiri merupakan singkatan dari kalimat
“perjuangan cut” yang bertujuan untuk mengenang dan menggambarkan betapa
gigihnya perjuangan seorang cut untuk membebaskan wilayah ini dari penjajahan Belanda.[1]
Bagan
Percut sendiri berasal dari kata Bagan yang berarti pelabuhan. Jadi kata Bagan Percut dapat diartikan sebagai
wilayah pelabuhan yang berada di daerah Percut.
C.
Keadaan
Geografis
Kecamatan Percut Sei Tuan ini mempunyai luas 190,79 Km² yang
terdiri dari 18 desa dan 2 kelurahan. Lima desa dari wilayah kecamatan
merupakan desa pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut dengan berkisar
dari 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 24 persen. Salah satunya adalah Desa
Percut yang terletak dengan jarak dari desa ke ibukota kecamatan Percut Sei
Tuan (Tembung) adalah 15 Km dan jarak ke ibukota Kabupaten Deli Serdang (Lubuk
Pakam) kurang lebih 35 Km. Dan kurang lebih 20 Km jarak ke ibukota Propinsi
Sumatera Utara (Medan).[2]
1.
Letak Geografis
Untuk lebih
jelasnya maka desa Percut mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
1)
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
2)
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinta Rakyat
3)
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo
4)
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cinta Damai dan Desa Pematang
Lalang
2.
Keadaan Alam
Desa
percut berada pada ketinggian 2 m di atas permukaan laut dan merupakan daerah
dataran rendah. Sementara itu curah hujan mencapai 0-278 mm/tahun dengan
temperatur udara sekitar 23°C-30°C. Dikenal ada dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Musim kemarau biasanya berlangsung tiga bulan yaitu antara Juni
hingga Agustus, sedangkan musim penghujan berlangsung sembilan bulan yaitu
antara September hingga Mei.
Luas
wilayah Desa Percut adalah 1063 ha, dimana diperkirakan sekitar 740 ha adalah
lahan yang bisa dipakai seperti untuk diusahai persawahan dan perladangan,
sedangkan sisanya adalah sekitar 323 ha diperuntukkan seperti pemukiman sekitar
102 ha, jalan, empang, perkuburan sekitar 15 ha, perkantoran dan lain-lain. Dan
180 ha lahan digunakan untuk jalur hijau. Tanah yang diperuntukkan sebagai
jalur hijau seluas 180 ha merupakan daerah pesisir pantai yang ditumbuhi
tanaman bakau. Jalur hijau ini dimaksudkan untuk menghindari terjadi abrasi air
laut ke dataran dan sebagai tempat beberapa habitat laut berkembang biak. Namun menurut pengamatan yang ada jalur
hijau tersebut sebagian telah beralih fungsi (konversi) menjadi pemukiman dan
pertambakan.[3]
3.
Keadaan Penduduk
Desa
Percut terdiri dari 18 lingkungan/dusun yang masing-masing dipimpin oleh
seorang kepala lingkungan/dusun, pada tahun 1980 di Kecamatan Percut Sei Tuan
dihuni oleh kurang lebih 272.000 jiwa. Penduduk di desa ini terdiri dari
berbagai suku bangsa namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai
suku asli yang mendiami daerah ini. Selain itu juga terdapat penduduk dari suku
Batak Toba, Mandailing, Jawa, Karo, Simalungun dan sebagian lagi terdapat
penduduk non pribumi (Budha).
BAB III
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
PERMASALAHAN
SOSIAL
Terkhusus dusun 14 yang menjadi tinjauan dalam makalah ini, permasalahan
sosial yang terjadi di dusun tersebut berupa kemiskinan dan narkoba. Masyarakat
di dusun ini mayoritas pekerjaan nya sebagai seorang nelayan, yang bergantung
kepada tingkat kecerahan cuaca apabila hendak melaut. Tidak cukup bagi mereka,
masyarakat dusun 14 ini jika mengharapkan dari hasil laut, mereka menambah
kerja sampingan sebagai pekerja bangunan dan mencari kerja serabutan.
Kemiskinan di dusun ini masih belum terlihat parah, namun bagi beberapa
masyarakat, bantuan pemerintah sangat diharapkan bagi mereka yang membutuhkan.
Umik Kalsum, beliau seorang janda yang hidup di perbatasan antara dusun 14
dan dusun 15. Beliau tinggal bersama adik beliau yang menghidupi beliau dan
dirinya. Untuk makan saja beliau sangat mengharapkan hasil kerja adik beliau
dan apabila tidak dapat upah kerja beliau terpaksa utang ke kios atau warung
untuk membeli kebutuhan untuk hidup. Kartu sejahtera yang di harapkan dari
pemerintah tidak terealisasi kepada beliau, yang menjadi pertanyaan apakah ini
kesalahan pemerintah atau kesalahan yang mengelola kartu sejahtera ini.[4] Namun
atas kesabaran beliau, beliau tidak mau mengungkit apa yang ia tidak terima ini
kepada pihak manapun.
Dusun 14 ini juga termasuk dusun dimana tingkat pendidikan warganya
masih relatif rendah. Rendahnya tingkat pendidikan di dusun ini disebabkan
karena keadaan ekonomi yang tidak mencukupi untuk dapat menyekolahkan
anak-anaknya. Di samping itu, tersedianya pekerjaan mencari ikan ke laut membantu
orang tua maupun sebagai nelayan buruh menyebabkan anak-anak lebih tertarik
untuk mendapatkan uang sejak dini. Hal ini sebenarnya sangat merugikan mereka
sendiri terutama untuk perbaikan nasib di kemudian hari. Bagaimanapun tingkat
pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang mungkin
akan diperoleh seseorang.
Rahma, seorang ibu rumah tangga yang sejak kecil sudah tinggal di desa
Bagan Percut ini. Menikah dengan seorang pemuda, sebut saja Bang Alang seorang
nelayan buruh. Mereka hidup di sebrang jalan atau dipinggiran sungai. Mereka
mempunyai seorang anak perempuan yang berumur sekitar 5-6 tahun. Kehidupan
sederhana membuat mereka merasakan kebahagiaan tersendiri, namun mereka
meresahkan permasalahan sosial yaitu seperti narkoba yang menyebar dengan cepat
di dusun tersebut.
Tidak hanya di dusun empat belas, namun dusun lima belas sampai dengan
dusun delapan belas rata-rata bapak-bapak dan anak muda nya memakai narkoba
yang didapatkan dari luar desa mereka.[5]
Keresahan para ibu-ibu di dusun ini sudah melampaui batas, karena suami dan
anak laki-laki mereka yang mulai tumbuh besar sudah berani coba-coba yang
namanya narkoba. Tidak hanya yang dewasa, anak-anak seusia 8-10 tahun sudah
berani mencoba ngelem, tutur Rahma.
Dari 170 kepala keluarga yang
menetap di dusun 14 ini, yang 155 kepala keluarga beragama Islam dan 15 kepala
keluarga lagi beragama non Islam. Jarang terdengar oleh kepala dusun mengenai
masalah-masalah sosial seperti pencurian, pelacuran dan lain-lain. Namun kemiskinan
menjadi masalah utama dari dusun ini, mulai dari realisasi kartu sejahtera dan
pembangunan infrastruktur gorong-gorong yang meresahkan warga karena akan
banjir jika curah hujan meningkat. Keresahan ini sudah sangat lama diperbincangkan
masyarakat dusun empat belas. Jika tidak
secepatnya diperbaiki akan berdampak dapat menimbulkan penyakit menular yang
pada gilirannya dapat menjadi wabah, seperti typus, demam berdarah, malaria,
diare maupun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan warga.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari hasil observasi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa masalah-masalah sosial yang terjadi di dusun tersebut berupa
kemiskinan dan merajalelanya narkoba. Tingkat kemiskinan di dusun ini
tidak terlalu tinggi. Namun, masih ada yang kekurangan biaya. Biaya untuk
pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari.
Kondisi kesehatan lingkungan di Desa Bagan Percut juga sangat
memprihatinkan, hal ini dimulai dari lingkungan keluarga sampai kepada
lingkungan pemukiman perumahan seperti gorong-gorong yang tidak memadai
sehingga sering terjadi banjir. Kondisi tersebut, sangat dipengaruhi akibat
tingkat kesejahteraan hidup warga masyarakatnya yang secara umum dapat
dikatagorikan miskin dan berdampak pada perilaku sehat penduduk. Kurangnya
perhatian dari pihak Pemda setempat dalam pengelolaan pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di desa tersebut, termasuk
pengelolaan kesehatan lingkungannya. Jika tidak secepatnya akan berdampak dapat
menimbulkan penyakit menular yang pada gilirannya dapat menjadi wabah, seperti
typus, demam berdarah, malaria, diare maupun lainnya yang dapat membahayakan
kesehatan warga.
B.
SARAN
Demikianlah laporan hasil
observasi kami tentang bagaimana kehidupan sosial, kehidupan budaya dan juga
kehidupan bermasyarakat yang terdapat di Dusun 14, Desa Bagan Percut, Kecamatan
Percut Sei Tuan , Kabupaten Deli Serdang. Semoga apa yang telah kami lampirkan
dalam makalah ini dapat dijadikan bahan referensi untuk observasi-observasi
selanjutnya yang mungkin akan dilakukan. Kami juga berharap semoga makalah ini
mendapat apresiasi lebih dari para pembaca agar mendapatkan nilai lebih saat
penilaian yang dilakukan oleh dosen pembimbing.
Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung kami dalam kegiatan observasi yang kami
lakukan dan juga dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap agar data dan
penjelasan yang kami sampaikan dalam makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca dan tentunya bagi para penduduk di Dusun 14 Desa Bagan Percut agar
nantinya kehidupan sosial, kehidupan budaya maupun kehidupan bermasyarakat
mereka akan menjadi lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR GAMBAR
[1]Indra Suryadarma, Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lau,
skripsi sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara, 2008 hal 29.
[2]Daftar isian potensi desa dan kelurahan desa Percut
[3] Ibid
[4]Wawancara Umik Kalsum, 25 Mei 2016
[5]Wawancara, Rahma & Alang, 25 Juli 2016
0 komentar:
Posting Komentar