-->

Selasa, 18 Oktober 2016

Patologi Sosial

LAPORAN OBSERVASI

Desa Bagan Percut Dusun 14 Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang


Disusun Oleh :
Ade Aulia Husna
Ainul Mardiah
Ainun Hamidah Hasibuan
Muhammad Fadhlan
Wahyu Rizky Parmanda
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2015/2016

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas observasi yang menjadi salah satu tugas dari mata kuliah Patologi Sosial ini dengan baik dan lancar.
Merupakan suatu tambahan pengetahuan dan wawasan bagi kami para penyusun makalah ini terutama materi-materi baru yang dapat memberikan pemahaman-pemahaman yang lebih bervariatif tentang masalah-masalah sosial yang berada di lingkungan pedesaan.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan penulis makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca.


Medan,    Juni 2016


                                                                                                                       Penyusun   



DAFTAR ISI



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Permasalahan sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.
Salah satu pokok permasalahan yang di dapatkan yaitu kemiskinan. Kemiskinan merupakan permasalahan yang diakibatkan oleh kondisi nasional suatu negara dan situasi global. Dengan adanya globalisasi ekonomi dan ketergantungan antar negara dapat memberikan tantangan dan kesempatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara dan juga memberikan resiko ketidakpastian perekonomian dunia, kependudukan maupun lingkungan hidup. Pada umumnya semua kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada peningkatan kesejahteraan rakyat. Dampak dari berbagai kebijakan tersebut adalah masih banyaknya penduduk miskin di indonesia.

B.            Rumusan Masalah

Hal-hal yang menjadi acuan kami dalam observasi adalah masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Bagaiman profil lokasi Desa Bagan Percut terkhusus di dusun 14?
2.      Bagaimana dan apa-apa saja permasalahan sosial di Desa Bagan Percut terkhusus di dusun 14? 

C.           Tujuan Penulisan

Observasi lapangan ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui profil lokasi Desa Bagan Percut dan dusun 14.
2.      Mengetahui permasalahan sosial di Desa Bagan Percut terkhusus dusun 14.

D.           Metode Penelitian

a.        Subjek Penelitian
Wilayah desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Dusun 14
b.        Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan observasi lapangan ini dimulai pada hari Jumat, 6 Mei 2016 mulai pukul 08.00 - selesai laporan penelitian ini.
c.       Sumber Data Penelitian
Peniliti melakukan wawancara dan observasi langsung ke lokasi untuk mencari dan mengumpulkan data, melakukan wawancara dengan penduduk serta Kepala Dusun 14 dan tokoh masyarakat.

BAB II
PROFIL LOKASI OBSERVASI
 

Berdasarkan hasil wawancara yang dianalisis secara langsung oleh kelompok satu, Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ini merupakan desa yang memiliki karakteristik yang unik dan khas. Berikut data-data hasil analisis kami mengenai Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

B.            Sejarah Bagan Percut

Dusun Bagan berada di desa Percut Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Percut Sei Tuan. Menurut sejarah nama Percut diambil dari nama panggilan untuk wanita Aceh. Dimana wilayah ini pada masa penjajahan kolonial Belanda terjadi perlawanan rakyat Percut untuk mengusir penjajah yang dipimpin seorang wanita bersuku Aceh yang dipanggil “cut”. Maka nama Percut sendiri merupakan singkatan dari kalimat “perjuangan cut” yang bertujuan untuk mengenang dan menggambarkan betapa gigihnya perjuangan seorang cut untuk membebaskan wilayah ini dari penjajahan Belanda.[1]
Bagan Percut sendiri berasal dari kata Bagan yang berarti pelabuhan. Jadi kata Bagan Percut dapat diartikan sebagai wilayah pelabuhan yang berada di daerah Percut.

C.           Keadaan Geografis

Kecamatan Percut Sei Tuan ini mempunyai luas 190,79 Km² yang terdiri dari 18 desa dan 2 kelurahan. Lima desa dari wilayah kecamatan merupakan desa pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut dengan berkisar dari 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 24 persen. Salah satunya adalah Desa Percut yang terletak dengan jarak dari desa ke ibukota kecamatan Percut Sei Tuan (Tembung) adalah 15 Km dan jarak ke ibukota Kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam) kurang lebih 35 Km. Dan kurang lebih 20 Km jarak ke ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan).[2]

1.             Letak Geografis
Untuk lebih jelasnya maka desa Percut mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
1)      Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
2)      Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinta Rakyat
3)      Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo
4)      Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cinta Damai dan Desa Pematang Lalang
2.             Keadaan Alam
Desa percut berada pada ketinggian 2 m di atas permukaan laut dan merupakan daerah dataran rendah. Sementara itu curah hujan mencapai 0-278 mm/tahun dengan temperatur udara sekitar 23°C-30°C. Dikenal ada dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau biasanya berlangsung tiga bulan yaitu antara Juni hingga Agustus, sedangkan musim penghujan berlangsung sembilan bulan yaitu antara September hingga Mei.
Luas wilayah Desa Percut adalah 1063 ha, dimana diperkirakan sekitar 740 ha adalah lahan yang bisa dipakai seperti untuk diusahai persawahan dan perladangan, sedangkan sisanya adalah sekitar 323 ha diperuntukkan seperti pemukiman sekitar 102 ha, jalan, empang, perkuburan sekitar 15 ha, perkantoran dan lain-lain. Dan 180 ha lahan digunakan untuk jalur hijau. Tanah yang diperuntukkan sebagai jalur hijau seluas 180 ha merupakan daerah pesisir pantai yang ditumbuhi tanaman bakau. Jalur hijau ini dimaksudkan untuk menghindari terjadi abrasi air laut ke dataran dan sebagai tempat beberapa habitat laut berkembang biak. Namun menurut pengamatan yang ada jalur hijau tersebut sebagian telah beralih fungsi (konversi) menjadi pemukiman dan pertambakan.[3]
3.             Keadaan Penduduk
Desa Percut terdiri dari 18 lingkungan/dusun yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan/dusun, pada tahun 1980 di Kecamatan Percut Sei Tuan dihuni oleh kurang lebih 272.000 jiwa. Penduduk di desa ini terdiri dari berbagai suku bangsa namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai suku asli yang mendiami daerah ini. Selain itu juga terdapat penduduk dari suku Batak Toba, Mandailing, Jawa, Karo, Simalungun dan sebagian lagi terdapat penduduk non pribumi (Budha).

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A.           PERMASALAHAN SOSIAL

Terkhusus dusun 14 yang menjadi tinjauan dalam makalah ini, permasalahan sosial yang terjadi di dusun tersebut berupa kemiskinan dan narkoba. Masyarakat di dusun ini mayoritas pekerjaan nya sebagai seorang nelayan, yang bergantung kepada tingkat kecerahan cuaca apabila hendak melaut. Tidak cukup bagi mereka, masyarakat dusun 14 ini jika mengharapkan dari hasil laut, mereka menambah kerja sampingan sebagai pekerja bangunan dan mencari kerja serabutan. Kemiskinan di dusun ini masih belum terlihat parah, namun bagi beberapa masyarakat, bantuan pemerintah sangat diharapkan bagi mereka yang membutuhkan.
Umik Kalsum, beliau seorang janda yang hidup di perbatasan antara dusun 14 dan dusun 15. Beliau tinggal bersama adik beliau yang menghidupi beliau dan dirinya. Untuk makan saja beliau sangat mengharapkan hasil kerja adik beliau dan apabila tidak dapat upah kerja beliau terpaksa utang ke kios atau warung untuk membeli kebutuhan untuk hidup. Kartu sejahtera yang di harapkan dari pemerintah tidak terealisasi kepada beliau, yang menjadi pertanyaan apakah ini kesalahan pemerintah atau kesalahan yang mengelola kartu sejahtera ini.[4] Namun atas kesabaran beliau, beliau tidak mau mengungkit apa yang ia tidak terima ini kepada pihak manapun.
Dusun 14 ini juga termasuk dusun dimana tingkat pendidikan warganya masih relatif rendah. Rendahnya tingkat pendidikan di dusun ini disebabkan karena keadaan ekonomi yang tidak mencukupi untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya. Di samping itu, tersedianya pekerjaan mencari ikan ke laut membantu orang tua maupun sebagai nelayan buruh menyebabkan anak-anak lebih tertarik untuk mendapatkan uang sejak dini. Hal ini sebenarnya sangat merugikan mereka sendiri terutama untuk perbaikan nasib di kemudian hari. Bagaimanapun tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang mungkin akan diperoleh seseorang.
Rahma, seorang ibu rumah tangga yang sejak kecil sudah tinggal di desa Bagan Percut ini. Menikah dengan seorang pemuda, sebut saja Bang Alang seorang nelayan buruh. Mereka hidup di sebrang jalan atau dipinggiran sungai. Mereka mempunyai seorang anak perempuan yang berumur sekitar 5-6 tahun. Kehidupan sederhana membuat mereka merasakan kebahagiaan tersendiri, namun mereka meresahkan permasalahan sosial yaitu seperti narkoba yang menyebar dengan cepat di dusun tersebut.
Tidak hanya di dusun empat belas, namun dusun lima belas sampai dengan dusun delapan belas rata-rata bapak-bapak dan anak muda nya memakai narkoba yang didapatkan dari luar desa mereka.[5] Keresahan para ibu-ibu di dusun ini sudah melampaui batas, karena suami dan anak laki-laki mereka yang mulai tumbuh besar sudah berani coba-coba yang namanya narkoba. Tidak hanya yang dewasa, anak-anak seusia 8-10 tahun sudah berani mencoba ngelem, tutur Rahma.
 Dari 170 kepala keluarga yang menetap di dusun 14 ini, yang 155 kepala keluarga beragama Islam dan 15 kepala keluarga lagi beragama non Islam. Jarang terdengar oleh kepala dusun mengenai masalah-masalah sosial seperti pencurian, pelacuran dan lain-lain. Namun kemiskinan menjadi masalah utama dari dusun ini, mulai dari realisasi kartu sejahtera dan pembangunan infrastruktur gorong-gorong yang meresahkan warga karena akan banjir jika curah hujan meningkat. Keresahan ini sudah sangat lama diperbincangkan masyarakat dusun empat belas. Jika tidak secepatnya diperbaiki akan berdampak dapat menimbulkan penyakit menular yang pada gilirannya dapat menjadi wabah, seperti typus, demam berdarah, malaria, diare maupun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan warga.
  

BAB IV
PENUTUP

A.           KESIMPULAN

Dari hasil observasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masalah-masalah sosial yang terjadi di dusun tersebut berupa kemiskinan dan merajalelanya narkoba. Tingkat kemiskinan di dusun ini tidak terlalu tinggi. Namun, masih ada yang kekurangan biaya. Biaya untuk pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari.
Kondisi kesehatan lingkungan di Desa Bagan Percut juga sangat memprihatinkan, hal ini dimulai dari lingkungan keluarga sampai kepada lingkungan pemukiman perumahan seperti gorong-gorong yang tidak memadai sehingga sering terjadi banjir. Kondisi tersebut, sangat dipengaruhi akibat tingkat kesejahteraan hidup warga masyarakatnya yang secara umum dapat dikatagorikan miskin dan berdampak pada perilaku sehat penduduk. Kurangnya perhatian dari pihak Pemda setempat dalam pengelolaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di desa tersebut, termasuk pengelolaan kesehatan lingkungannya. Jika tidak secepatnya akan berdampak dapat menimbulkan penyakit menular yang pada gilirannya dapat menjadi wabah, seperti typus, demam berdarah, malaria, diare maupun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan warga.

B.            SARAN

         Demikianlah laporan hasil observasi kami tentang bagaimana kehidupan sosial, kehidupan budaya dan juga kehidupan bermasyarakat yang terdapat di Dusun 14, Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan , Kabupaten Deli Serdang. Semoga apa yang telah kami lampirkan dalam makalah ini dapat dijadikan bahan referensi untuk observasi-observasi selanjutnya yang mungkin akan dilakukan. Kami juga berharap semoga makalah ini mendapat apresiasi lebih dari para pembaca agar mendapatkan nilai lebih saat penilaian yang dilakukan oleh dosen pembimbing.
         Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami dalam kegiatan observasi yang kami lakukan dan juga dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap agar data dan penjelasan yang kami sampaikan dalam makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan tentunya bagi para penduduk di Dusun 14 Desa Bagan Percut agar nantinya kehidupan sosial, kehidupan budaya maupun kehidupan bermasyarakat mereka akan menjadi lebih baik lagi kedepannya.

DAFTAR GAMBAR













[1]Indra Suryadarma, Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lau, skripsi sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, 2008 hal 29. 
[2]Daftar isian potensi desa dan kelurahan desa Percut 
[3] Ibid
[4]Wawancara Umik Kalsum, 25 Mei 2016
[5]Wawancara, Rahma & Alang, 25 Juli 2016 
Share:

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

Spotlight